Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Upacara Hari Santri Nasional, Kemenag Minta Peserta Bersarung dan Berpeci
- Kenduri Swarnabhumi, Upaya Revitalisasi Kebudayaan Melayu Sungai Batanghari
- DPRD Karanganyar Tidak Habis Pikir Anggaran Aspirasi Hilang Usai APBD 2023 Ditetapkan
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Paspampres Jamin Keamanan Presiden Jokowi saat Kunjungi Ukraina di Tengah Konflik dengan Rusia
- Diluruskan Ketua DKPP, yang Meninggal Bukan J Kristiadi Tapi Bekas Sekjen Depkeu
- Walkot Lubuklinggau Minta Tak Ada Narkoba di Malam Perayaan Tahun Baru 2023